Senin, 24 Desember 2012

Teori Belajar


1.      Teori Belajar Bruner
Perkembangan intelektual anak mengikuti 3 tahap representasi yang berurutan, yaitu:
o   Enaktif
      Segala perhatian anak tergantung pada responnya.
o   Ikonik
            Pola pikir anak tergantung pada organisasi sensoriknya.
o   Simbolik
Anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang suatu hal sehingga anak mampu mengutarakan pendapatnya melalui bahasa.

            Implikasi dari teori Bruner
Proses pembelajaran adalah menghadapkan anak pada suatu masalah. Dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan kembali struktur idenya dalam rangka mencapai keseimbangan di dalam benaknya.
           
2.      Teori Belajar M.Gagne
Pandangan gagne tentang belajar dikelompokkan menjadi 8 tipe :
a.       Isyarat                              e. Membedakan
b.      Stimulus respon                  f. Pembentukan konsep
c.       Rangkaian gerak                g. Pembentukan aturan
d.      Rangkaian verbal                 h. Pemecahan masalah
Terdapat 2 diantara 8 tipe belajar tersebut, yaitu
*  Rangkaian Verbal
Tipe belajar rangkaian verbal dapat mengantarkan siswa dalam mengaitkan skemata yang telah dimiliki siswa dengan unsur-unsur dalam materi yang akan dipelajarinya.
*  Pemecahan Masalah
Tipe belajar dengan diberikannya suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh anak didik. Misal dalam mata pelajaran ipa, anak didik diberi/diperlihatkan fenomena tentang pembiasan cahaya, maka anak didik yang mempunyai kemampuan baik dalam memecahkan masalah besar kemungkinan akan mampu mengajukan hipotesa dan melakukan percobaan di laboratorium.
Gagne berpendapat bahwa terjadi belajar seseorang karena dipengaruhi oleh faktor dari luar dan faktor dari dalam diri orang tersebut dimana keduanya saling berinteraksi (Nasional 2000: 136). Faktor dari luar (eksternal) yaitu stimulus berasal dari lingkungan luar / bukan dari diri siswa, sedangkan factor dari dalam (internal) yaitu stimulus berasal dari diri siwa itu sendiri, atau kesadaran siswa dalam menanggapi belajar itu sendiri. Apabila stimulus dari luar dan dari dalam saling berkaitan atau berinteraksi maka akan kelihatan hasil belajarnya.
Menurut Gagne, ada tiga tahap dalam belajar yaitu :
1. Persiapan belajar dengan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi.
2. Pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi), yang digunakan untuk persepsi selektif, sandi sematik, pembangkitan kembali, respon dan penguatan.
3.  Alih belajar yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara umum (Dimyanti dan Mudjiono, 1999:12).

3.      Teori Belajar Piaget
Perkembangan kognitif pada anak terbagi menjadi 4 periode
-  Periode sensori motor ( umur 0-2 tahun)
-  Periode pra operasional ( umur 2 -7 tahun)
-  Periode operasional konkrit (umur 7-11 tahun)
-  Periode operasi formal ( umur 11-15 tahun)

Konsep-konsep dasar proses adaptasi intelektual menurut Piaget
-  Skemata ( dipadang sebagai sekumpulan konsep)
-  Asimilasi ( peristiwa mencocokkan informasi baru dengan informasi lama yang telah di dapat)
- Akomodasi ( terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang tidak cocok kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama)
-  Equilibrium ( bila keseimbangan tercapai, maka siswa mengenal informasi baru)

4.      Teori Belajar Ausubel
Menurut Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa pasti “bermakna” (meaningfull).
*  Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran.
*  Inti dari teori Ausubel tentang teori belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil yang bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa.
4 tipe belajar menurut Ausubel :
1. Belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menmukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2.  Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan. 
3.  Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki. 
4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir , kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.

5.      Teori Belajar Skinner
Skinner membagi dua jenis respon dalam proses belajar, yakni :
(1). Respondents : respon yang terjadi karena stimulus khusus
(2). Operants      : respon yang terjadi karena situasi random
Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Perilaku responden adalah perilaku tanpa sengaja (refleks) dan hasil dari rangsangan lingkungan khusus. Agar perilaku responden terjadi, pertama perlu bahwa stimulus diterapkan pada organisme. Stimulus dari binatang kecil yang mengganggu terhadap mata Anda akan menyebabkan anda berkedip, suatu peristiwa memalukan dapat menyebabkan anda bermuka merah, dan flash cahaya terang akan mengakibatkan anda berkedip mata. Itu beberapa perilaku kita adalah perilaku responden.
Sebagian besar perilaku kita adalah perilaku operan, yang tidak otomatis, dapat diprediksi, atau terkait dalam setiap cara yang dikenal dengan mudah diidentifikasi oleh rangsangan . Skinner percaya bahwa perilaku tertentu hanya terjadi, dan bahkan jika disebabkan oleh tertentu (tapi sulit untuk mengidentifikasi) rangsangan, rangsangan ini adalah tidak penting untuk mempelajari perilaku.
Operant Concitioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.
Baik perilaku responden dan operan bisa diajarkan dan dipelajari. Mengajar dan belajar prilaku responden mensyaratkan penyajian stimulus yang akan menyebabkan perilaku yang diinginkan terjadi, sedangkan perilaku operan adalah belajar melalui penguatan yang tepat (baik penguatann positif atau penguatan negatif) yang diberikan segera atau terjadi secara spontan perilaku operan. Pemberian penguatan kepada seseorang dari perilaku yang diinginkan biasanya meningkatkan kemungkinan bahwa ia akan mengulangi perilaku tersebut. Jika penguatan berupa hukuman, diharapkan bahwa individu akan belajar untuk menahan diri dari hal yang tidak diinginkan.
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan pengutan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.
Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Skinner mendefinisikan penguatan positif sebagai stimulus yang ketika disajikan mengikuti perilaku oleh pelajar, cenderung meningkatkan kemungkinan bahwa prilaku tertentu akan terulang, yaitu perilaku yang menguatkan. Siswa yang menjawab dengan benar di kelas, pujian guru meningkat kemungkinan bahwa siswa menanggapi pertanyaan guru, sehingga reaksi yang menyenangkan guru berfungsi sebagai penguat positif bagi siswa.

6.      Teori Edward Lee Thorndike
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum, yaitu :
1. Hukum kesiapan
   Ciri-ciri :
a.  Jika seseorang berkeinginan untuk bertindak dan keinginan tersebut dilaksanakan, maka dia akan puas dan tidak melakukan tindakan yang lain
b.  Jika seseorang berkeinginan untuk bertindak dan keinginan itu tidak dilaksanakan, maka dia tidak puas dan akan melakukan tindakan yang lain.
c.  Jika seseorang tidak  berkeinginan untuk bertindak, tetapi tidak melakukan tindakan itu, maka dia merasa tidak puas dan akan melakukan tindakan lain
2.  Hukum latihan
Berprinsip pada latihan. Contoh, misal guru sering member latihan dan siswa menjawab. Maka prestasi belajar siswa akan meningkat. Thorndike menyatakan bahwa pengulangan tanpa ganjaran tidak efektif, karena asosiasi member latihan dan menjawab hanya diperkuat oleh ganjaran. Jadi hukum latihan mengarah pada banyaknya pengulangan yang biasa disebut driil
3.  Hukum akibat
Menunjukkan bahwa suatu hubungan dapat dimodifikasi seperti halnya hubungan antara stimulus dan respon, dan hubungan tersebut diikuti oleh peristiwa yang diharapkan, maka kekuatan hubungan yang terjadi semakin meningkat. Sebaliknya, jika kondisi peristiwa yang tidak diharapkan mengikuti hubungan tersebut, maka kekuatan hubungan yang terjadi semakin berkurang.


Rabu, 31 Oktober 2012

Kata Dalam Bahasa Indonesia

Kata Dalam Bahasa Indonesia

Pengertian Kata
Istilah "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Sanskerta kathā. Dalam bahasa Sanskerta, kathā sebenarnya bermakna "konversasi", "bahasa", "cerita" atau "dongeng". Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan arti semantis menjadi "kata".
Kata adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Definisi kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Tahun 1997 memberikan beberapa definisi mengenai kata:
1. Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa
2. Bahasa
3. Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas
4. Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh kata) atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan)
Bidang linguistik atau tata bahasa yang mempelajari kata dan proses pembentukan kata secara gramatikal disebut morfologi. Dalam beberapa buku tata bahasa, morfologi dinamakan juga tata bentukan. Satuan ujaran yang mengandung makna (leksikal atau gramatikal) yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang rnenjadi bagian dari kata disebut morfem.
2 . 2 Bentuk Kata
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk.
  1. Kata dasar adalah kata berimbuhan. yakni kata yang belum mengalami proses morfologis dan merupakan dasar pembentukan kata turunan. Kata dasar sering juga dinamakan kata tunggal, yaitu kata yang hanya terdiri atas satu morfem .
  2. Kata turunan adalah kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan atau adanya unsur afiks baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata.
o  Afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks.
1.  Prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda. Prefiks:  ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, ter-. Contoh :
*  ber-           = bersepeda               , pe-     = pelari
*  di-             = disiram                     , pem-  = pemberi
*  ke-            = kebakar                    , peng- = pengatur
*  me-           = melaju                      , peny- = penyapu
*  meng-       = mengajar                  , per-    = perseribu
*  mem-        = membeli                    , se-      = sesering
*  meny-       = menyapu                  , ter-     = tercantik
2.  Sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda. Sufiks:  -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya. Contoh :
*  -an         = himbauan                , -pun   = biarpun
*  -kan        = belikan                   , -lah    = biarlah
*  -i             = sukai                      , -kah   = benarkah
*  -nya        = mobilnya
3. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi. Konfiks:  ke - an, ber - an, pe - an, peng - an, peny - an, pem - an, per - an, se – nya. Contoh :
*  ke-an        = keamanan               , peng-an  = pengharapan
*  ber-an       = berpergian              , peny-an  = penyempurnaan
*  pe-an        = pelarian                   , pem-an   = pemberian
*  per-an       = percintaan               , se-an      = sekotaan
  1. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, di samping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi. Meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi ada pula reduplikasi yang menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis, dan masalah semantis.
A. Macam-macam kata ulang
1. Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi fonologis terjadi pada dasar yang bukan bukan akar atau terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti berikut ini :
 -  dada, pipi, kuku, cincin. Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari da, pi, ku, dan cin. Jadi, bentuk-bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
 -  foya-foya, tubi-tubi, anai-anai, ani-ani. Bentuk-bentuk ini memang jelas termasuk bentuk pengulangan yang diulang secara utuh. Akan tetapi, bentuk dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri. Saat ini, dalam bahasa Indonesia tidak ada akar foya, tubi, anai, dan ani.
 -  kupu-kupu, kura-kura, onde-onde, paru-paru. Bentuk-bentuk ini juga merupakan pengulangan yang diulang secara utuh. Akan tetapi, hasil reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
 - luntang-lantung, mondar-mandir, teka-teki, kocar-kacir. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Selain itu, maknanya pun hanya makna leksikal, bukan makna gramatikal.
2. Reduplikasi Sintaksis
 - Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata. Contohnya adalah :
 -  Jangan jangan kau dekati pemuda itu.
 -  Suaminya benar benar jantan.
3. Reduplikasi Semantis
 - Reduplikasi semantis adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya, cerdik cendekia, alim ulama, dan ilmu pengetahuan. Selain itu, bentuk-bentuk seperti segar bugar, kering mersik, muda belia, tua renta, dan gelap gulita menurut Abdul Chaer juga termasuk dalam reduplikasi semantis. Akan tetapi, bentuk-bentuk seperti ini dalam berbagai buku tata bahasa dimasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi.
4. Reduplikasi Morfologis
 -  Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks, dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan sebagian, maupun pengulangan berubah bunyi. 
a. Pengulangan Akar
 -  Dwilingga (pengulangan utuh). Pengulangan utuh (dwilingga) adalah pengulangan bentuk dasar tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. Misalnya, meja-meja (bentuk dasar meja), sungguh-sungguh (bentuk dasar sungguh), makan-makan (bentuk dasar makan), dan tinggi-tinggi (bentuk dasar tinggi).
 - Dwipurwa (pengulangan sebagian). Pengulangan sebagian (dwipurwa) adalah pengulangan bentuk dasar yang hanya salah satu suku katanya saja yang diulang, dalam hal ini suku awal kata, disertai dengan “pelemahan” bunyi. Misalnya tetangga (bentuk dasar tangga), leluhur (bentuk dasar luhur), lelaki (bentuk dasar laki), dan jejari (bentuk dasar jari).
 - Dwilingga salin suara (pengulangan dengan perubahan bunyi). Pengulangan dengan perubahan bunyi (dwilingga salin suara) adalah pengulangan bentuk dasar tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya bisa pula bunyi konsonannya. Contohnya adalah bolak-balik, corat-coret, kelap-kelip, sayur-mayur, lauk-pauk, ramah-tamah.
 -  Dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem. Contohnya adalah tertawa-tawa, pertama-tama, sekali-sekali, berhari-hari.
 -  Trilingga adalah pengulangan kata dasar sebanyak tiga kali dengan variasi fonem. Contohnya adalah cas-cis-cus, ngak-ngek-ngok, dag-dig-dug, dar-der-dor.
b. Pengulangan Dasar Berafiks
Ada tiga macam proses afiksasi dan reduplikasi.
  -  Pertama, sebuah akar diberi afiks dahulu, kemudian direduplikasi. Misalnya, pada akar lihat mula-mula diberi prefiks me- menjadi melihat, kemudian baru diulang menjadi bentuk melihat-melihat.
  - Kedua, sebuah akar direduplikasi dahulu, baru kemudian diberi afiks. Misalnya, akar jalan mula-mula diulang menjadi jalan-jalan, baru kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan.
  - Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar minggu diberi prefiks ber- dan proses pengulangan sekaligus menjadi bentuk berminggu-minggu.
Pada contoh di atas, proses reduplikasi yang terjadi berlangsung ke arah sebelah kanan, atau sesuai dengan arus ujaran, sehingga disebut reduplikasi progresif. Akan tetapi, ada pula reduplikasi regresif, yaitu reduplikasi yang proses pengulangannya terjadi ke arah sebelah kiri. Contohnya adalah tembak-menembak, pukul-memukul.
c. Reduplikasi Morfemis
Harimurti Kridalaksana menjabarkan menjadi
Reduplikasi pembentuk verba
Contohnya adalah :
o   Sebaiknya beres-beres dari sekarang.
o   Habis sudah majalah ini digunting-gunting oleh adikmu.
o   Kedua anak itu sedang berpukul-pukulan  memperebutkan sebuah coklat. 
Reduplikasi pembentuk ajektiva
Contohnya adalah :
o   Anak Pak Hasan cantik-cantik.
o   Ia anak baik-baik.
o   Keris ini pusaka turun-temurun keluarga kami.
Reduplikasi pembentuk nomina
Contohnya adalah :
o   Penduduk desa itu bertanam sayur-mayur.
o   Tetangga kami akan mengadakan pesta selamatan.
o   Langit-langit rumah kami sedang diperbaiki.
Reduplikasi pembentuk pronomina
o   Dia-dia saja yang menjadi ketua kelompok.
o   Kami-kami ini biasanya makan di warung tegal.
o   Mereka menyebut kita-kita ini orang bodoh.
Reduplikasi pembentuk adverbia
o   Kerjakan tiga-tiga supaya cepat selesai.
o   Dia meniti jembatan itu dengan perlahan-lahan.
o   Ia berangkat ke kantor pagi-pagi ­sekali.
Reduplikasi pembentuk interogativa
o   Apa-apaan kamu datang ke rumah saya malam-malam begini.
Reduplikasi pembentuk numeralia
o   Berpuluh-puluh mahasiswa berkumpul di depan kantor rektor untuk mengadakan aksi unjuk rasa.
  1. Kata majemuk atau Kompositum adalah gabungan dari dua kata dasar yang berbeda atau lebih yang membentuk suatu arti baru. Contohnya : Meja makan, orang tua, kambing hitam, persegi panjang, mata pelajaran, dll.A.  Sifat Kata Majemuk 
         Berdasarkan sifat kata majemuk dengan melihat adanya inti dari pada kesatuan itu, maka kata majemuk dapat dibagi atas:
a.  Kata majemuk yang bersifat eksosentris.
Kata majemuk yang bersifat eksosentris adalah kata majemuk yang tidak mengandung satu unsure inti dari gabungan itu. Dengan kata lain kedua-duanya merupakan inti. Contoh: tuamuda, hancurlebur, kakitangan, bapakibudan lain-lain.
b.  Kata majemuk yang bersifat endosentris.
Kata majemuk yang bersifat endosentris adalah kata majemuk yang hanya mengandung satu unsure inti dari gabungan itu. Dengan kata lain, jika ada satu unsur yang menjadi inti dari gabungan itu maka sifatnya endosentris. Contoh: saputangan, orangtua, matahari, dan lain-lain. Dimana sapu, orang, dan mata merupakan unsur intinya.
B.  Ciri-ciri Kata Majemuk
     Ciri kata majemuk antara lain sebagai berikut:
  a.  Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.
  b.  Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.
  c.  Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
  d.  Frekuensi pemakaiannya tinggi.
  e.  Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hokum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan).
2 . 3 Jenis Kata
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
  1. Kata benda (Nomina) ; nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
Dalam tata bahasa tradisional kata benda dibedakan atas:
a)      Kata benda abstrak, seperti kejujuran.
b)      Kata benda konkret, misalnya gedung.
c)      Kata benda nama diri, yang huruf awalnya selalu ditulis dengan huruf kapital, misalnya Amir
d)     Kata benda kumpulan, seperti regu, masyarakat, tim, kelas, keluarga.
  1. Kata kerja (Verba) ; kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari. Kata kerja atau verba dibedakan atas :
a.  Kata kerja transitif yaitu kata kerja yang memadukan objek, contoh : membeli, memikirkan, mengutarakan, membahas, menertawakan, memahami, menanamkan. Antara verba transitif dengan objek langsung tidak boleh disela oleh preposisi atau kata depan. Jadi bentuk ujaran seperti : "Panitia membicarakan tentang keuangan" tidak benar atau rancu. Kalimat di atas dapat dibakukan dengan menghilangkan kata tentang.
b.  Kata kerja transitif ganda yaitu kata kerja yang memerlukan objek dua, contoh: membelikan, dan membawakan dalam kalimat. Ayah membelikan adik sepeda mini, Kakak membawakan kakek barang bawaannya.
c. Kata kerja intransitif yaitu kata kerja yang tidak memerlukan objek, contoh : berlari, berdiri, tertawa, menyanyi, merokok, melamun.
d.  Kata kerja reflektif yaitu kata kerja yang menyatakan tindakan untuk diri sendiri, contoh : bersolek, berhias, bercukur, bercermin, mengaca.
e.  Kata kerja resiproks yaitu kata kerja yang menunjukkan tindakan atau perbuatan berbalasan atau menyatakan makna saling, contoh: bergelut, berpandangan, bergandengan, bertinju, pukul-memukul, surat-suratan, senggol-senggolan. Sehubungan dengan kata kerja ini, kita sering membuat kesalahan dengan menambahkan kata saling di depan kata kerja ini, misalnya: saling tolong-menolong, saling bergandengan, saling bertinju.
f.  Kata kerja instrumental yaitu kata kerja yang menunjuk sarana perbuatan : mengetik, bermotor, bersepeda, membajak, dan mengetam.
g.  Kata kerja aktif yaitu kata kerja yang subjeknya melakukan tindakan seperti yang dimaksud. Biasanya berawalan me- atau ber-, contoh : menyanyi, mengungkit, berdebat, dan bermalam.
h.  Kata kerja pasif yaitu kata kerja yang subjeknya menjadi sasaran dari tindakan dimaksud. Biasanya berawalan di-, ter- dan berimbuhan ke- an. contoh : dibahas, diminati, diulang, terpukul, tertindas, kecopetan.
Kata kerja yang menduduki fungsi predikat disebut kata kerja finit (predikatif), sedang kata kerja yang berfungsi nominal atau berfungsi sebagai kata benda, yang menduduki fungsi subjek atau objek, dinamakan kata kerja infinit (substantiva). Misalnya dalam kalimat : Belajar itu penting dan la belajar membaca. Belajar dan membaca adalah verba lnfinit.
  1. Kata sifat (Adjektiva) adalah kata yang menerangkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya keras, cepat.
         -  Menerangkan sifat keadaan seperti sihat dan cantik;
         -  Menerangkan sifat warna seperti hitam dan hijau;
         -  Menerangkan sifat ukuran seperti tebal dan besar;
         -  Menerangkan sifat bentuk seperti lurus dan bujur;
         -  Menerangkan sifat jarak seperti hampir dan jauh;
         -  Menerangkan sifat waktu seperti lama dan awal;
         -  Menerangkan sifat perasaan seperti malu dan gembira;
         -  Menerangkan sifat cara seperti lincah dan lambat;
         -  Menerangkan sifat pencaindera seperti masin dan harum.
Kata adjektif boleh disertai kata keterangan amat, paling, sangat, dan sebagainya yang bertugas sebagai penguat. Contohnya; sangat cantik, amat rajin, paling tinggi, dan sebagainya.,
  1. Kata keterangan (Adverbia) adalah kata-kata yang memberi keterangan tentang:
1.      Kata kerja
2.      Kata sifat
3.      Kata keterangan
4.      Kata bilangan
5.      Seluruh kalimat
Kata keterangan dibagi menjadi beberapa macam :
a.  Kata keterngan kualitatif
Adalah kata keterangan yang menerangkan atau menjelaskam situasi dari suatu perbuatan. Contoh : Ia berjalan perlahan-lahan.
b.  Kata keterangan waktu
Adalah keterangan yang menunjukkan atau menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa dalam suatu bidang waktu. Contoh : sekarang, nanti, kemarin.
c.  Kata keterangn tempat
Segala macam kata ini memberi penjelasan atas berlangsungnya suatu peristiwa dalam suatu ruang. Contoh : di sini, di situ, di sana.
d.  Kata keterangan kecaraan
Adalah kata-kata yang menjelaskan suatu peristiwa karena tanggapan si pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut.
Contoh :
-   Kepastian       : memang, niscaya, pasti
-   Pengakuan      : ya, benar, betul
-   Kesangsian     : agaknya, barangkali, entah
-   Keinginan       : moga-moga, mudah-mudahan
-   Ajakan            : mari, hendaknya, kiranya
-   Larangan        : jangan
-   Keheranan      : masakan, mustahil,mana boleh
e.  Kata keterangan derajat dan keterangan kuantitatif
Adalah keterangan yang menjelaskan derajat berlangsungnya suatu peristiwa atau jumlah dan banyaknya suatu tindakan yang dikerjakan. Contoh : amat, hampir, kira-kira.
f.   Kata keterangan alat
Adalah keterangan yang menjelaskan dengan alat manakah suatu proses itu berlangsung. Contoh : ia memukul anjing itu dengan tongkat.
g.  Kata keterngan perlawanan
Adalah keterangan yang membantah suatu peristiwa yang telah diperkatakan terlebih dahulu. Contoh : meskipun, biarpun, meski
h.  Kate keterangan sebab
Adalah keterangan yang memberi keterangan mengapa suatu peristiwa telah berlangsung. Contoh : oleh karena itu, oleh sebab itu.
i.   Kata keterangan akibat
Adalah keterangan yang memjelaskan akibat yang terjadi karena suatu perbuatan. Contoh : oleh karena itu, oleh sebab itu.
j.   Kata keterangan perbandingan
Adalah keterangan yang menjelskan sesuatu perbuatan dengan mengadakan perbandingan suatu proses dengan proses yang lain, suatu keadaan dengan keadaan yang lain. Contoh : seperti, bagaikan.
  1. Kata ganti (Pronomina) ; kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
                  -   Orang pertama (kami),
                  -   Kata ganti orang pertama : kita, kami
                  -   Kata ganti orang kedua : engkau, anda.
                  -   Kata ganti orang ketiga : mereka.
                  -   Kata ganti penunjuk : ini, itu.
                  -   Kata ganti penghubung: yang, tempat, serta.
                  -   Kata ganti penanya : apa, siapa, kapan, berapa.
                  -   Kata ganti empunya : bajuku =  baju aku, bajumu = baju engkau.
                  -   Kata ganti tak tentu : siapa-siapa, sesuatu, salah (salah satu)
                  -   Kata ganti kepunyaan (-nya)
  1. Kata bilangan (Numeralia) adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
Menurut sifatnya kata bilangan dibagi atas :
1.      Kata bilangan utama : satu, dua, tiga, dan seterusnya...
2.      Kata bilangan tingkat : pertama, kedua, ketiga, dan sebagainya...
3.      Kata bilangan tak tentu : beberapa, segala, semua, tiap-tiap
4.      Kata bilngan kumpulan : kedua, kesepuluh, berdua, bertiga, bertujuh
Kata bantu bilangan adalah suatu kata yang menerangkan sifat atau macam barang itu. Contoh :
Orang : untuk manusia
Ekor : untuk binatang
Kuntum : untuk bunga
  1. Kata tugas adalah kata yang berfungsi total, memperluas atau mentransformasikan kalimat dan tidak dapat menduduki jabatan-jabatan utama dalam kalimat, seperti kata dan, di, dengan, dll.
Ciri - ciri kata tugas
a.   Tidak dapat berdiri sendiri sebagai tuturan yang bebas.
b.   Tidak, pernah mendapat imbuhan atau mengalami afiksasi. Perhatikan, kata ke, dari, di, tetapi, telah, akan, dsb., tidak mengalami afiksasi !
c.   Berfungsi menyatakan makna gramatikal kalimat. Sebuah kalimat akan berubah artinya jika kata tugasnya diganti dengan kata tugas yang lain. Perhatikan contoh di bawah ini :
o   Herman sedang mandi
o   Herman sudah mandi
o   Herman belum mandi
o   Herman akan mandi
o   Herman selalu mandi
o   Herman pernah mandi
d. Jumlah kata tugas hampir tidak berkembang karena sifat keanggotaannya tertutup. Ini berbeda sekali dengan kata benda, kata kerja atau kata sifat yang terus berkembang dan diperkaya oleh kata-kata baru.
Jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
1.        Kata depan (preposisi) adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian-bagian kalimat.
Kata-kata depan yang terpenting dalam bahasa indonesia:
a.     Di, ke, dari: digunakan untuk menyatakan tempat.
b.   Bagi kata-kata menyatakan orang, nama orang, nama binatang, nama waktu atau kiasan dipergunakan kata pada untuk menggantikan di.
Contoh: pada suatu hari, pada hari minggu
c.     Selain dari pada ada kata-kata depan yang lain: di mana, di sini, di situ, akan, oleh, dalam.
Ada beberapa kata depan, yang menduduki bermacam-macam fungsi yang istimewa antara lain:
1.      Akan
o   Pengantar obyek: ia tidak tahu akan hal itu
o   Untuk menyatakan futur: ibu akan tiba hari ini
o   Untuk penguwat atau penekan: akan hal itu kita perundingkan kelak
2.      DENGAN
o   Untuk menyatakan alat: adik menulis dengan pensil
o   Menyatakan hubungan kesertaan: ia ke sekolah dengan kawannya
o   Membentuk adverbial kualitatif: perkara itu diselidiki dengan cermat
o   Menyatakan keterangan komparatif: adik sama tinggi dengan ali
3.      ATAS
o   Membentuk keterangan tempat: di atas
o   Menghubungkan kata benda atau kata kerja dengan keterangan:
Kami mengucapkan terima kasih atas kerelaan saudara
o   Di pakai di depan beberapa kata dengan arti: dengan atau demi
Misalnya: atas nama, atas kehendak, atas desakan
4.      ANTARA
o  Sebagai penunjuk jarak: Jarak antara surabaya dengan jakarta
o Sebagai penunjuk tempat: dalam hal ini sama artinya dengan di antara: antara murid-murid itu yang mana terpandai?
o   Dapat pula berarti kira-kira: Antara lima enam pekan ini meninggalkan pelajarannya
2.    Kata sambung (konjungsi) adalah kata yang bertugas menghubungkan dua kata atau kalimat (klausa). Dalam bahasa Indonesia, kata penghubung dibagi dalam lima kelompok:
1.     Kata Penghubung Koordinatif
Kata penghubung yang menghubungkan dua unsur atau lebih, yang sifat atau kedudukannya sama. Kata penghubung koordinatif, antara lain dan, atau, serta tetapi. Kata dan digunakan untuk menandai hubungan penambahan. Kata atau digunakan untuk menandai hubungan pemilihan. Kata tetapi digunakan untuk menandai hubungan perlawanan. Perhatikan contoh berikut!
*  Karena terlalu asik bermain dan bercanda, mereka lupa mengerjakan tugas.
*  Bahan masakan ini dapat diganti dengan ikan atau daging sapi.
*  Mereka berlarian menuruni tangga, tetapi hanya dia yanng diam membatu.
2.     Kata Penghubung Subordinatif
Kata penghubung yang menghubungkan dua kalimat atau lebih, yang kedudukannya tidak sama. Dalam kalimat tersebut terdapat anak kalimat dan induk kalimat. Berikut ini kalimat yang termasuk kalimat penghubung subordinatif.
* Kata penghubung yang menunjukkan waktu: setelah, ketika, sehingga, sampai.
*  Kata penghubung yang menunjukkan syarat: jika, asalkan, manakala.
*  Kata penghubung yang menunjukkan pengandaian: seandainya, umpama.
*  Kata penghubung yang menunjukkan perlawanan: meskipun, kendatipun, biarpun.
*  Kata penghubung yang menunjukkan tujuan: agar, supaya, biar.
*  Kata penghubung yang menunjukkan kemiripan: seolah-olah, seperti, seakan-akan.
*  Kata penghubung yang menunjukkan akibat: sebab, karena.
*  Kata penghubung yang menunjukkan penjelasan: bahwa.
*  Kata penghubung yang menunjukkan cara: dengan.
3.    Kata Penghubung Korelatif
Kata penghubung yang menghubungkan dua kata, frase, atau klausa, yang mengandung kedudukan sama.
*  Apakah ditranfusi atau tidak, itu urusan dokter.
*  Entah berhasil, entah tidak, yang jelas ia tetap menolong korban itu.
*  Jangankan orang lain, ibunya pun tidak bisa menghalangi niat anaknya untuk masuk grup band tersebut.
4.    Kata Penghubung Antarkalimat
Kata-kata yang termasuk konjungsi antarkalimat ialah walaupun, sekalipun demikian, sesudah itu, selanjutnya, selamanya, kemudian, sebaliknya, bahkan, akan tetapi, dengan demikian, serta oleh karena itu.
5.    Kata Penghubung Antarparagraf
Kata penghubung yang menghubungkan paragraf sebelumnya dengan paragraf berikutnya. Kata penghubung ini ditandai oleh kata (a) adapun, mengenai serta (b) alkisah, konon. Kelompok kata penghubung (a) sering digunakan di dalam bahasa Indonesia. Kelompok kata (b) umumnya terdapat pada naskah karya sastra lama.
3.    Kata sandang (artikula) Kata sandang tidak mengandung suatu arti, tetapi mempunyai fungsi.
Fungsi kata sandang yang di maksud adalah:
a.       Menentukan kata benda
b.      Mensubtansikan suatu kata: yang besar, yang jangkung
Kata sandang yang umum dalam bahasa indonesia adalah: yang, itu, nya, si, sang, hang, dang.
4.    Kata seru (interjeksi) Kata seru dianggap sebagai kata yang paling tua dalam kehidupan bhasa. Kata seru atau   interjeksi bukanlah kata tetapi semacam kalimat.
1.     Interjeksi asli : yah, wah, wow, ah
2.     Interjeksi yang berasal dari kata-kata biasa: interjeksi ini biasa digunakan sebagai kata seru: celaka, masa, kasihan
3.     Interjeksi yang berasal dari kata ungkapan-ungkapan: ya ampun, ya Allah
5.    Partikel.
             1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah. 
             2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, dll
             3. Partikel per- yang berarti "mulai",  dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per helai.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
  1.Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
   2.Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari. Verba transitif (membunuh), Verba kerja intransitif (meninggal), Pelengkap (berumah)
  3.Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
   4.Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu. Orang pertama (kami), Orang kedua (engkau), Orang ketiga (mereka),
   5.Kata ganti kepunyaan (-nya). Kata ganti penunjuk (ini, itu)
6 6.Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua. Angka kardinal (duabelas), Angka ordinal (keduabelas)
7 7.Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
o   preposisi (kata depan) (contoh: dari),
o   konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat (karena),
o   artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya the),
o   interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
o   partikel.(lah, pun, kah)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. Dkk. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ed ke 3. Jakarta: Balai Pustaka

Supriyadi, dkk. 1993.  Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta:UT

Badudu, J. S .1985. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima

Shadily, Hassan. 1973. Ensiklopedi Umum. Jakarta: Yayasan Dana Buku Franklin

- 1993. PodemanUmumPembentukanIstilah. Jakarta: PTGramedia