Horrace
Kallen
Jika
budaya suatu bangsa memiliki banyak segi, nilai-nilai dan lain-lain; budaya itu
dapat disebut pluralisme budaya (cultural pluralism). Teori pluralisme budaya
ini dikembangkan oleh Horace Kallen. Ia menggambarkan pluralisme budaya itu
dengan definisi operasional sebagai menghargai berbagai tingkat perbedaaan,
tetapi masih dalam batas-batas menjaga persatuan nasional. Kallen mencoba
mengekspresikan bahwa masing-masing kelompok etnis dan budaya di Amerika
Serikat itu penting dan masing-masing berkontribusi unik menambah variasi dan
kekayaan budaya, misalnya bangsa Amerika. Teori Kallen mengakui bahwa budaya
yang dominan harus juga diakui masyarakat. Dalam konteks ini Kallen tetap
mengakui bahwa budaya WASP di AS itu sebagai budaya yang dominan, sementara
budaya-budaya yang lain itu dipandang menambah variasi dan kekayaan budaya
Amerika.
James A. Banks
Kalau Horace Kallen perintis teori multikultur, maka James A. Banks dikenal sebagai perintis Pendidikan Multikultur. Jadi penekanan dan perhatiannya difokuskan pada pendidikannya. Banks yakin bahwa sebagian dari pendidikan lebih mengarah pada mengajari bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan. Ia menjelaskan bahwa siswa harus diajar memahami semua jenis pengetahuan, aktif mendiskusikan konstruksi pengetahuan (knowledge construction) dan interpretasi yang berbeda-beda. Siswa yang baik adalah siswa yang selalu mempelajari semua pengetahuan dan turut serta secara aktif dalam membicarakan konstruksi pengetahuan. Dia juga perlu disadarkan bahwa di dalam pengetahuan yang dia terima itu terdapat beraneka ragam interpretasi yang sangat ditentukan oleh kepentingan masing-masing. Bahkan interpretasi itu nampak bertentangan sesuai dengan sudut pandangnya. Siswa seharusnya diajari juga dalam menginterpretasikan sejarah masa lalu dan dalam pembentukan sejarah (interpretations of the history of the past and history in the making) sesuai dengan sudut pandang mereka sendiri. Mereka perlu diajari bahwa mereka sebenarnya memiliki interpretasi sendiri tentang peristiwa masa lalu yang mungkin penafsiran itu berbeda dan bertentangan dengan penafsiran orang lain.
James A. Banks
Kalau Horace Kallen perintis teori multikultur, maka James A. Banks dikenal sebagai perintis Pendidikan Multikultur. Jadi penekanan dan perhatiannya difokuskan pada pendidikannya. Banks yakin bahwa sebagian dari pendidikan lebih mengarah pada mengajari bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan. Ia menjelaskan bahwa siswa harus diajar memahami semua jenis pengetahuan, aktif mendiskusikan konstruksi pengetahuan (knowledge construction) dan interpretasi yang berbeda-beda. Siswa yang baik adalah siswa yang selalu mempelajari semua pengetahuan dan turut serta secara aktif dalam membicarakan konstruksi pengetahuan. Dia juga perlu disadarkan bahwa di dalam pengetahuan yang dia terima itu terdapat beraneka ragam interpretasi yang sangat ditentukan oleh kepentingan masing-masing. Bahkan interpretasi itu nampak bertentangan sesuai dengan sudut pandangnya. Siswa seharusnya diajari juga dalam menginterpretasikan sejarah masa lalu dan dalam pembentukan sejarah (interpretations of the history of the past and history in the making) sesuai dengan sudut pandang mereka sendiri. Mereka perlu diajari bahwa mereka sebenarnya memiliki interpretasi sendiri tentang peristiwa masa lalu yang mungkin penafsiran itu berbeda dan bertentangan dengan penafsiran orang lain.
Bill Martin
Dalam tulisannya yang
berjudul Multiculturalism : ”Consumerist or Transformational?” Bill Martin
menulis, bahwa keseluruhan isu tentang multikulturalisme memunculkan pertanyaan
tentang "perbedaan" yang nampak sudah dilakukan berbagai teori
filsafat atau teori sosial. Sebagai agenda sosial dan politik, jika multikulturalisme
lebih dari sekedar tempat bernaung berbagai kelompok yang berbeda, maka harus
benar-benar menjadi 'pertemuan' dari berbagai kelompok itu yang tujuannya untuk
membawa pengaruh radikal bagi semua umat manusia lewat pembuatan perbedaan yang
radikal (Martin, 1998: 128)
Martin J. Beck Matustik
Berpendapat bahwa teori
multikulturalisme meliputi berbagai hal yang semuanya mengarah kembali ke
liberalisasi pendidikan dan politik Plato, filsuf Yunani. Sebuah karya Plato
yang berjudul Republik, bukan hanya memberi norma politik dan akademis klasik
bagi pemimpin dari negara ideal yang dia cita-citakan, namun juga menjadi
petunjuk dalam pembahasan bersama tentang pendidikani bagi yang tertindas
(MatustÃk, 1998). Ia yakin bahwa kita harus menciptakan pencerahan multikultural
baru (a new multicultural enlightenment) yaitu "multikulturalisme lokal
yang saling berkaitan, secara global sebagai lawan dari monokultur
nasional" (MatustÃk, 1998).
Judith
M. Green
Green menunjukkan bahwa multikulturalisme bukan hanya unik di A.S. Negara lain pun harus mengakomodasi berbagai kelompok kecil dari budaya yang berbeda. Kelompok-kelompok ini biasanya bertoleransi terhadap keuntungan budaya dominan. Secara unik, Amerika memberi tempat perlindungan dan memungkinkan mereka mempengaruhi kebudayaan yang ada. Dengan team, kelompok memperoleh kekuatan dan kekuasaan, membawa perubahan seperti peningkatan upah dan keamanan kerja. Wanita dan minoritas (Hispanis, Afrika dan Amerika Asli) harus memperoleh kesempatan ekonomi yang lebih baik, partisipasi politis yang lebih efektif, representasi media yang lebih disukai, dan sebagainya. Namun akhir abad 20 telah membawa orang Amerika pada suatu tempat "memerangi kebuntuan yang memerlukan pemikiran kembali yang baru dan lebih dalam tentang tujuan dan materi pendidikan dalam suatu masyarakat yang masih terus diharapkan dan dicitacitakan yang dibimbing oleh ide demokrasi" (Green, 1998). Bangsa ini selalu memandang pendidikan sebagai cara perubahan yang efektif, baik secara personal maupun sosial. Sehingga lewat pendidikan Amerika meraih kesuksesan terbesar dalam transformasi. Beberapa kelompok tidak bisa melihat bahwa kita sekarang adalah apa yang selalu ada. Yaitu, Amerika yang sejak kelahirannya, selalu memiliki masyarakat multikultural di mana berbagai budaya telah bersatu lewat perjuangan, interaksi, dan kerjasama (Green, 1998).
Green menunjukkan bahwa multikulturalisme bukan hanya unik di A.S. Negara lain pun harus mengakomodasi berbagai kelompok kecil dari budaya yang berbeda. Kelompok-kelompok ini biasanya bertoleransi terhadap keuntungan budaya dominan. Secara unik, Amerika memberi tempat perlindungan dan memungkinkan mereka mempengaruhi kebudayaan yang ada. Dengan team, kelompok memperoleh kekuatan dan kekuasaan, membawa perubahan seperti peningkatan upah dan keamanan kerja. Wanita dan minoritas (Hispanis, Afrika dan Amerika Asli) harus memperoleh kesempatan ekonomi yang lebih baik, partisipasi politis yang lebih efektif, representasi media yang lebih disukai, dan sebagainya. Namun akhir abad 20 telah membawa orang Amerika pada suatu tempat "memerangi kebuntuan yang memerlukan pemikiran kembali yang baru dan lebih dalam tentang tujuan dan materi pendidikan dalam suatu masyarakat yang masih terus diharapkan dan dicitacitakan yang dibimbing oleh ide demokrasi" (Green, 1998). Bangsa ini selalu memandang pendidikan sebagai cara perubahan yang efektif, baik secara personal maupun sosial. Sehingga lewat pendidikan Amerika meraih kesuksesan terbesar dalam transformasi. Beberapa kelompok tidak bisa melihat bahwa kita sekarang adalah apa yang selalu ada. Yaitu, Amerika yang sejak kelahirannya, selalu memiliki masyarakat multikultural di mana berbagai budaya telah bersatu lewat perjuangan, interaksi, dan kerjasama (Green, 1998).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar