Kata Dalam
Bahasa Indonesia
Pengertian Kata
Istilah
"kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa
Sanskerta kathā. Dalam bahasa Sanskerta, kathā sebenarnya
bermakna "konversasi", "bahasa", "cerita" atau
"dongeng". Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan arti
semantis menjadi "kata".
Kata
adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu
atau lebih morfem.
Definisi kata menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Tahun 1997 memberikan beberapa definisi mengenai kata:
1. Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang
diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam berbahasa2. Bahasa
3. Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas
4. Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh kata) atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan)
Bidang
linguistik atau tata bahasa yang mempelajari kata dan proses pembentukan kata
secara gramatikal disebut morfologi. Dalam beberapa buku tata bahasa, morfologi
dinamakan juga tata bentukan. Satuan ujaran yang mengandung makna
(leksikal atau gramatikal) yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang
rnenjadi bagian dari kata disebut morfem.
2
. 2 Bentuk Kata
Berdasarkan
bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata
ulang, dan kata majemuk.
- Kata dasar adalah kata berimbuhan. yakni kata yang belum mengalami proses morfologis dan merupakan dasar pembentukan kata turunan. Kata dasar sering juga dinamakan kata tunggal, yaitu kata yang hanya terdiri atas satu morfem .
- Kata turunan adalah kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan atau adanya unsur afiks baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata.
o Afiks (imbuhan) = satuan terikat
(seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan
mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan
harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk
prefiks, sufiks dan konfiks.
1. Prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang
melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.
Prefiks: ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-,
peng-, peny-, per-, se-, ter-. Contoh :
* ber- = bersepeda ,
pe- = pelari
* di- =
disiram , pem- = pemberi
* ke- =
kebakar , peng- = pengatur
* me- = melaju , peny- =
penyapu
* meng- = mengajar , per- =
perseribu
* mem- = membeli , se- =
sesering
* meny- = menyapu ,
ter- = tercantik
2. Sufiks
(akhiran) = afiks (imbuhan) yang
melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang
berbeda. Sufiks: -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya. Contoh :
* -an = himbauan , -pun =
biarpun
* -kan =
belikan , -lah = biarlah
* -i = sukai , -kah =
benarkah
* -nya =
mobilnya
3. Konfiks
(sirkumfiks / simulfiks) = secara
simultan (bersamaan), satu afiks melekat di depan kata dasar dan satu
afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.
Konfiks: ke - an, ber - an, pe - an, peng - an, peny - an, pem - an,
per - an, se – nya. Contoh :
* ke-an = keamanan ,
peng-an = pengharapan
* ber-an = berpergian ,
peny-an = penyempurnaan
* pe-an = pelarian ,
pem-an = pemberian
* per-an = percintaan ,
se-an = sekotaan
- Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian. Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, di samping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi. Meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi ada pula reduplikasi yang menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis, dan masalah semantis.
A. Macam-macam
kata ulang
1.
Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi
fonologis terjadi pada dasar yang bukan bukan akar atau terhadap bentuk yang
statusnya lebih tinggi dari akar. Reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan
makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Yang termasuk
reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti berikut ini :
-
dada, pipi, kuku, cincin.
Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari da, pi, ku, dan cin. Jadi,
bentuk-bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
-
foya-foya, tubi-tubi, anai-anai,
ani-ani. Bentuk-bentuk ini memang jelas termasuk bentuk
pengulangan yang diulang secara utuh. Akan tetapi, bentuk dasarnya tidak berstatus
sebagai akar yang mandiri. Saat ini, dalam bahasa Indonesia tidak ada akar foya,
tubi, anai, dan ani.
-
kupu-kupu, kura-kura, onde-onde,
paru-paru. Bentuk-bentuk ini juga merupakan
pengulangan yang diulang secara utuh. Akan tetapi, hasil reduplikasinya tidak
melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna
leksikal.
- luntang-lantung, mondar-mandir,
teka-teki, kocar-kacir. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui
mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Selain itu, maknanya pun hanya
makna leksikal, bukan makna gramatikal.
2.
Reduplikasi Sintaksis
- Reduplikasi
sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa
akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada
sebuah kata. Contohnya adalah :
- Jangan
jangan kau dekati pemuda itu.
- Suaminya
benar benar jantan.
3.
Reduplikasi Semantis
- Reduplikasi semantis adalah pengulangan
“makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya, cerdik
cendekia, alim ulama, dan ilmu pengetahuan. Selain itu,
bentuk-bentuk seperti segar bugar, kering mersik, muda belia, tua renta, dan
gelap gulita menurut Abdul Chaer juga termasuk dalam reduplikasi semantis.
Akan tetapi, bentuk-bentuk seperti ini dalam berbagai buku tata bahasa
dimasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi.
4.
Reduplikasi Morfologis
-
Reduplikasi morfologis dapat terjadi
pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks, dan berupa bentuk
komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan sebagian,
maupun pengulangan berubah bunyi.
a. Pengulangan Akar
- Dwilingga
(pengulangan utuh). Pengulangan utuh (dwilingga) adalah
pengulangan bentuk dasar tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu.
Misalnya, meja-meja (bentuk dasar meja), sungguh-sungguh (bentuk
dasar sungguh), makan-makan (bentuk dasar makan), dan tinggi-tinggi
(bentuk dasar tinggi).
- Dwipurwa (pengulangan sebagian).
Pengulangan sebagian (dwipurwa) adalah pengulangan bentuk dasar yang hanya
salah satu suku katanya saja yang diulang, dalam hal ini suku awal kata,
disertai dengan “pelemahan” bunyi. Misalnya tetangga (bentuk dasar tangga),
leluhur (bentuk dasar luhur), lelaki (bentuk dasar laki),
dan jejari (bentuk dasar jari).
- Dwilingga
salin suara (pengulangan dengan perubahan bunyi).
Pengulangan dengan perubahan bunyi (dwilingga salin suara) adalah pengulangan
bentuk dasar tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi
vokalnya bisa pula bunyi konsonannya. Contohnya adalah bolak-balik,
corat-coret, kelap-kelip, sayur-mayur, lauk-pauk, ramah-tamah.
- Dwiwasana
adalah pengulangan bagian belakang dari leksem. Contohnya adalah tertawa-tawa,
pertama-tama, sekali-sekali, berhari-hari.
- Trilingga
adalah pengulangan kata dasar sebanyak tiga kali dengan variasi fonem.
Contohnya adalah cas-cis-cus, ngak-ngek-ngok, dag-dig-dug, dar-der-dor.
b.
Pengulangan Dasar Berafiks
Ada tiga macam
proses afiksasi dan reduplikasi.
- Pertama, sebuah akar diberi afiks
dahulu, kemudian direduplikasi. Misalnya, pada akar lihat mula-mula
diberi prefiks me- menjadi melihat, kemudian baru diulang menjadi bentuk
melihat-melihat.
- Kedua, sebuah akar direduplikasi dahulu,
baru kemudian diberi afiks. Misalnya, akar jalan mula-mula diulang
menjadi jalan-jalan, baru kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan.
- Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan
diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar minggu diberi prefiks ber-
dan proses pengulangan sekaligus menjadi bentuk berminggu-minggu.
Pada contoh di
atas, proses reduplikasi yang terjadi berlangsung ke arah sebelah kanan, atau
sesuai dengan arus ujaran, sehingga disebut reduplikasi progresif. Akan tetapi,
ada pula reduplikasi regresif, yaitu reduplikasi yang proses pengulangannya
terjadi ke arah sebelah kiri. Contohnya adalah tembak-menembak,
pukul-memukul.
c.
Reduplikasi Morfemis
Harimurti
Kridalaksana menjabarkan menjadi
Reduplikasi
pembentuk verba
Contohnya adalah
:
o
Sebaiknya beres-beres dari
sekarang.
o
Habis sudah majalah ini digunting-gunting
oleh adikmu.
o
Kedua anak itu sedang berpukul-pukulan
memperebutkan sebuah coklat.
Reduplikasi
pembentuk ajektiva
Contohnya adalah
:
o
Anak Pak Hasan cantik-cantik.
o
Ia anak baik-baik.
o
Keris ini pusaka turun-temurun
keluarga kami.
Reduplikasi
pembentuk nomina
Contohnya adalah
:
o
Penduduk desa itu bertanam sayur-mayur.
o
Tetangga kami
akan mengadakan pesta selamatan.
o
Langit-langit rumah
kami sedang diperbaiki.
Reduplikasi
pembentuk pronomina
o
Dia-dia saja
yang menjadi ketua kelompok.
o
Kami-kami ini
biasanya makan di warung tegal.
o
Mereka menyebut kita-kita ini
orang bodoh.
Reduplikasi
pembentuk adverbia
o
Kerjakan tiga-tiga supaya cepat
selesai.
o
Dia meniti jembatan itu dengan perlahan-lahan.
o
Ia berangkat ke kantor pagi-pagi sekali.
Reduplikasi
pembentuk interogativa
o
Apa-apaan kamu
datang ke rumah saya malam-malam begini.
Reduplikasi
pembentuk numeralia
o
Berpuluh-puluh mahasiswa
berkumpul di depan kantor rektor untuk mengadakan aksi unjuk rasa.
- Kata majemuk
atau Kompositum adalah gabungan dari dua kata dasar yang berbeda atau
lebih yang membentuk suatu arti baru. Contohnya : Meja makan, orang tua,
kambing hitam, persegi panjang, mata pelajaran, dll.A. Sifat
Kata Majemuk
Berdasarkan sifat kata majemuk dengan melihat adanya inti dari pada kesatuan itu, maka kata majemuk dapat dibagi atas:
a. Kata
majemuk yang bersifat eksosentris.
Kata
majemuk yang bersifat eksosentris adalah kata majemuk yang tidak mengandung
satu unsure inti dari gabungan itu. Dengan kata lain kedua-duanya merupakan
inti. Contoh: tuamuda, hancurlebur, kakitangan, bapakibudan lain-lain.
b. Kata
majemuk yang bersifat endosentris.
Kata
majemuk yang bersifat endosentris adalah kata majemuk yang hanya mengandung
satu unsure inti dari gabungan itu. Dengan kata lain, jika ada satu unsur yang
menjadi inti dari gabungan itu maka sifatnya endosentris. Contoh: saputangan,
orangtua, matahari, dan lain-lain. Dimana sapu, orang, dan mata merupakan unsur
intinya.
B. Ciri-ciri
Kata Majemuk
Ciri
kata majemuk antara lain sebagai berikut:
a. Gabungan itu membentuk satu arti yang
baru.
b. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar
membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas kesatuan itu, bukan atas
bagian-bagiannya.
c. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.
d. Frekuensi pemakaiannya tinggi.
e. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat
endosentris, terbentuk menurut hokum DM (Diterangkan mendahului Menerangkan).
2
. 3 Jenis Kata
Dalam tata bahasa baku bahasa
Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
- Kata benda (Nomina) ; nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
Dalam
tata bahasa tradisional kata benda dibedakan atas:
a) Kata
benda abstrak, seperti kejujuran.
b) Kata
benda konkret, misalnya gedung.
c) Kata
benda nama diri, yang huruf awalnya selalu ditulis dengan huruf kapital,
misalnya Amir
d) Kata
benda kumpulan, seperti regu, masyarakat, tim, kelas, keluarga.
- Kata kerja (Verba) ; kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari. Kata kerja atau verba dibedakan atas :
a. Kata kerja transitif yaitu kata kerja yang memadukan
objek, contoh : membeli, memikirkan, mengutarakan, membahas, menertawakan,
memahami, menanamkan. Antara verba transitif dengan objek langsung tidak boleh
disela oleh preposisi atau kata depan. Jadi bentuk ujaran seperti :
"Panitia membicarakan tentang keuangan" tidak benar atau rancu.
Kalimat di atas dapat dibakukan dengan menghilangkan kata tentang.
b. Kata kerja transitif ganda yaitu kata
kerja yang memerlukan objek dua, contoh: membelikan, dan membawakan dalam
kalimat. Ayah membelikan adik sepeda mini, Kakak membawakan kakek barang
bawaannya.
c. Kata kerja intransitif yaitu kata
kerja yang tidak memerlukan objek, contoh : berlari, berdiri, tertawa,
menyanyi, merokok, melamun.
d. Kata kerja reflektif yaitu kata kerja yang menyatakan
tindakan untuk diri sendiri, contoh : bersolek, berhias, bercukur, bercermin,
mengaca.
e. Kata kerja resiproks yaitu kata kerja yang menunjukkan
tindakan atau perbuatan berbalasan atau menyatakan makna saling, contoh:
bergelut, berpandangan, bergandengan, bertinju, pukul-memukul, surat-suratan,
senggol-senggolan. Sehubungan dengan kata kerja ini, kita sering membuat
kesalahan dengan menambahkan kata saling di depan kata kerja ini, misalnya:
saling tolong-menolong, saling bergandengan, saling bertinju.
f. Kata kerja instrumental yaitu kata
kerja yang menunjuk sarana perbuatan : mengetik, bermotor, bersepeda, membajak,
dan mengetam.
g. Kata kerja aktif yaitu kata kerja yang subjeknya
melakukan tindakan seperti yang dimaksud. Biasanya berawalan me- atau ber-,
contoh : menyanyi, mengungkit, berdebat, dan bermalam.
h. Kata kerja pasif yaitu kata kerja yang subjeknya
menjadi sasaran dari tindakan dimaksud. Biasanya berawalan di-, ter- dan
berimbuhan ke- an. contoh : dibahas, diminati, diulang, terpukul, tertindas,
kecopetan.
Kata kerja
yang menduduki fungsi predikat disebut kata kerja finit (predikatif), sedang
kata kerja yang berfungsi nominal atau berfungsi sebagai kata benda, yang
menduduki fungsi subjek atau objek, dinamakan kata kerja infinit (substantiva).
Misalnya dalam kalimat : Belajar itu penting dan la belajar membaca. Belajar
dan membaca adalah verba lnfinit.
- Kata sifat (Adjektiva) adalah kata yang menerangkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya keras, cepat.
- Menerangkan sifat warna seperti hitam dan hijau;
- Menerangkan sifat ukuran seperti tebal dan besar;
- Menerangkan sifat bentuk seperti lurus dan bujur;
- Menerangkan sifat jarak seperti hampir dan jauh;
- Menerangkan sifat waktu seperti lama dan awal;
- Menerangkan sifat perasaan seperti malu dan gembira;
- Menerangkan sifat cara seperti lincah dan lambat;
- Menerangkan sifat pencaindera seperti masin dan harum.
Kata
adjektif boleh disertai kata keterangan amat, paling, sangat, dan sebagainya
yang bertugas sebagai penguat. Contohnya; sangat cantik, amat rajin, paling
tinggi, dan sebagainya.,
- Kata keterangan (Adverbia) adalah kata-kata yang memberi keterangan tentang:
1. Kata
kerja
2. Kata
sifat
3. Kata
keterangan
4. Kata
bilangan
5. Seluruh
kalimat
Kata
keterangan dibagi menjadi beberapa macam :
a. Kata
keterngan kualitatif
Adalah kata keterangan yang menerangkan
atau menjelaskam situasi dari suatu perbuatan. Contoh : Ia berjalan
perlahan-lahan.
b. Kata
keterangan waktu
Adalah keterangan yang menunjukkan atau
menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa dalam suatu bidang waktu. Contoh :
sekarang, nanti, kemarin.
c.
Kata
keterangn tempat
Segala macam kata ini memberi penjelasan
atas berlangsungnya suatu peristiwa dalam suatu ruang. Contoh : di sini, di
situ, di sana.
d.
Kata
keterangan kecaraan
Adalah kata-kata yang menjelaskan suatu
peristiwa karena tanggapan si pembicara atas berlangsungnya peristiwa tersebut.
Contoh :
-
Kepastian : memang, niscaya, pasti
-
Pengakuan : ya, benar, betul
-
Kesangsian : agaknya, barangkali, entah
-
Keinginan : moga-moga, mudah-mudahan
-
Ajakan
: mari, hendaknya, kiranya
-
Larangan : jangan
-
Keheranan : masakan, mustahil,mana boleh
e. Kata
keterangan derajat dan keterangan kuantitatif
Adalah keterangan yang menjelaskan
derajat berlangsungnya suatu peristiwa atau jumlah dan banyaknya suatu tindakan
yang dikerjakan. Contoh : amat, hampir, kira-kira.
f.
Kata
keterangan alat
Adalah keterangan yang menjelaskan
dengan alat manakah suatu proses itu berlangsung. Contoh : ia memukul anjing
itu dengan tongkat.
g. Kata
keterngan perlawanan
Adalah keterangan yang membantah suatu
peristiwa yang telah diperkatakan terlebih dahulu. Contoh : meskipun, biarpun,
meski
h. Kate
keterangan sebab
Adalah keterangan yang memberi
keterangan mengapa suatu peristiwa telah berlangsung. Contoh : oleh karena itu,
oleh sebab itu.
i.
Kata
keterangan akibat
Adalah keterangan yang memjelaskan
akibat yang terjadi karena suatu perbuatan. Contoh : oleh karena itu, oleh
sebab itu.
j.
Kata
keterangan perbandingan
Adalah keterangan yang menjelskan sesuatu perbuatan
dengan mengadakan perbandingan suatu proses dengan proses yang lain, suatu
keadaan dengan keadaan yang lain. Contoh : seperti, bagaikan.
- Kata ganti (Pronomina) ; kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
- Kata ganti orang pertama : kita, kami
- Kata ganti orang kedua : engkau, anda.
- Kata ganti orang ketiga : mereka.
- Kata ganti penunjuk : ini, itu.
- Kata ganti penghubung: yang, tempat, serta.
- Kata ganti penanya : apa, siapa, kapan, berapa.
- Kata ganti empunya : bajuku = baju aku, bajumu = baju engkau.
- Kata ganti tak tentu : siapa-siapa, sesuatu, salah (salah satu)
- Kata ganti kepunyaan (-nya)
- Kata bilangan (Numeralia) adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
Menurut
sifatnya kata bilangan dibagi atas :
1. Kata
bilangan utama : satu, dua, tiga, dan seterusnya...
2. Kata
bilangan tingkat : pertama, kedua, ketiga, dan sebagainya...
3. Kata
bilangan tak tentu : beberapa, segala, semua, tiap-tiap
4. Kata
bilngan kumpulan : kedua, kesepuluh, berdua, bertiga, bertujuh
Kata
bantu bilangan adalah suatu kata yang menerangkan sifat atau macam barang itu.
Contoh :
Orang
: untuk manusia
Ekor
: untuk binatang
Kuntum
: untuk bunga
- Kata tugas adalah kata yang berfungsi total, memperluas atau mentransformasikan kalimat dan tidak dapat menduduki jabatan-jabatan utama dalam kalimat, seperti kata dan, di, dengan, dll.
Ciri - ciri kata tugas
a. Tidak dapat
berdiri sendiri sebagai tuturan yang bebas.
b. Tidak,
pernah mendapat imbuhan atau mengalami afiksasi. Perhatikan, kata ke, dari, di,
tetapi, telah, akan, dsb., tidak mengalami afiksasi !
c. Berfungsi
menyatakan makna gramatikal kalimat. Sebuah kalimat akan berubah artinya jika
kata tugasnya diganti dengan kata tugas yang lain. Perhatikan contoh di bawah
ini :
o
Herman sedang mandi
o
Herman sudah mandi
o
Herman belum mandi
o
Herman akan mandi
o
Herman selalu mandi
o
Herman pernah mandi
d. Jumlah kata
tugas hampir tidak berkembang karena sifat keanggotaannya tertutup. Ini berbeda
sekali dengan kata benda, kata kerja atau kata sifat yang terus berkembang dan
diperkaya oleh kata-kata baru.
Jenis kata di luar kata-kata di atas
yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
1.
Kata depan (preposisi) adalah
kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian-bagian kalimat.
Kata-kata
depan yang terpenting dalam bahasa indonesia:
a. Di,
ke, dari: digunakan untuk menyatakan tempat.
b. Bagi
kata-kata menyatakan orang, nama orang, nama binatang, nama waktu atau kiasan
dipergunakan kata pada untuk
menggantikan di.
Contoh: pada suatu hari, pada hari minggu
c. Selain
dari pada ada kata-kata depan yang lain: di mana, di sini, di situ, akan, oleh,
dalam.
Ada beberapa kata
depan, yang menduduki bermacam-macam fungsi yang istimewa antara lain:
1. Akan
o
Pengantar obyek: ia tidak tahu akan hal itu
o
Untuk menyatakan futur: ibu akan tiba hari ini
o
Untuk penguwat atau penekan: akan hal itu kita perundingkan kelak
2. DENGAN
o
Untuk menyatakan alat: adik menulis
dengan pensil
o
Menyatakan hubungan kesertaan: ia ke
sekolah dengan kawannya
o
Membentuk adverbial kualitatif: perkara
itu diselidiki dengan cermat
o
Menyatakan keterangan komparatif: adik
sama tinggi dengan ali
3. ATAS
o
Membentuk keterangan tempat: di atas
o
Menghubungkan kata benda atau kata kerja
dengan keterangan:
Kami
mengucapkan terima kasih atas kerelaan saudara
o
Di pakai di depan beberapa kata dengan
arti: dengan atau demi
Misalnya:
atas nama, atas kehendak, atas desakan
4. ANTARA
o Sebagai penunjuk jarak: Jarak
antara surabaya dengan jakarta
o Sebagai penunjuk tempat: dalam hal ini
sama artinya dengan di antara: antara murid-murid itu yang mana terpandai?
o
Dapat pula berarti kira-kira: Antara
lima enam pekan ini meninggalkan pelajarannya
2. Kata sambung
(konjungsi) adalah kata
yang bertugas
menghubungkan dua kata atau kalimat (klausa). Dalam bahasa Indonesia, kata
penghubung dibagi dalam lima kelompok:
1. Kata
Penghubung Koordinatif
Kata penghubung yang menghubungkan
dua unsur atau lebih, yang sifat atau kedudukannya sama. Kata penghubung
koordinatif, antara lain dan, atau, serta tetapi. Kata dan digunakan untuk
menandai hubungan penambahan. Kata atau digunakan untuk menandai hubungan
pemilihan. Kata tetapi digunakan untuk menandai hubungan perlawanan. Perhatikan
contoh berikut!
* Karena
terlalu asik bermain dan bercanda,
mereka lupa mengerjakan tugas.
* Bahan
masakan ini dapat diganti dengan ikan atau
daging sapi.
* Mereka
berlarian menuruni tangga, tetapi
hanya dia yanng diam membatu.
2. Kata
Penghubung Subordinatif
Kata penghubung yang menghubungkan
dua kalimat atau lebih, yang kedudukannya tidak sama. Dalam kalimat tersebut
terdapat anak kalimat dan induk kalimat. Berikut ini kalimat yang termasuk
kalimat penghubung subordinatif.
* Kata
penghubung yang menunjukkan waktu: setelah, ketika,
sehingga, sampai.
* Kata
penghubung yang menunjukkan syarat: jika, asalkan, manakala.
* Kata
penghubung yang menunjukkan pengandaian: seandainya, umpama.
* Kata
penghubung yang menunjukkan perlawanan: meskipun, kendatipun, biarpun.
* Kata
penghubung yang menunjukkan tujuan: agar, supaya, biar.
* Kata
penghubung yang menunjukkan kemiripan: seolah-olah, seperti, seakan-akan.
* Kata
penghubung yang menunjukkan akibat: sebab, karena.
* Kata
penghubung yang menunjukkan penjelasan: bahwa.
* Kata
penghubung yang menunjukkan cara: dengan.
3. Kata
Penghubung Korelatif
Kata penghubung yang menghubungkan
dua kata, frase, atau klausa, yang mengandung kedudukan sama.
* Apakah
ditranfusi atau tidak, itu urusan dokter.
* Entah
berhasil, entah tidak, yang jelas ia tetap menolong korban itu.
* Jangankan
orang lain, ibunya pun tidak bisa menghalangi niat anaknya untuk masuk grup
band tersebut.
4. Kata Penghubung Antarkalimat
Kata-kata
yang termasuk konjungsi antarkalimat ialah walaupun, sekalipun demikian,
sesudah itu, selanjutnya, selamanya, kemudian, sebaliknya, bahkan, akan tetapi,
dengan demikian, serta oleh karena itu.
5. Kata Penghubung Antarparagraf
Kata
penghubung yang menghubungkan paragraf sebelumnya dengan paragraf berikutnya.
Kata penghubung ini ditandai oleh kata (a) adapun, mengenai serta (b) alkisah,
konon. Kelompok kata penghubung (a) sering digunakan di dalam bahasa Indonesia.
Kelompok kata (b) umumnya terdapat pada naskah karya sastra lama.
3.
Kata sandang (artikula) Kata sandang tidak mengandung suatu
arti, tetapi mempunyai fungsi.
Fungsi
kata sandang yang di maksud adalah:
a. Menentukan
kata benda
b. Mensubtansikan
suatu kata: yang besar, yang jangkung
Kata
sandang yang umum dalam bahasa indonesia adalah: yang, itu, nya, si, sang, hang, dang.
4. Kata seru (interjeksi) Kata
seru dianggap sebagai kata yang paling tua dalam kehidupan bhasa. Kata seru
atau interjeksi bukanlah
kata tetapi semacam kalimat.
1. Interjeksi
asli : yah, wah, wow, ah
2. Interjeksi
yang berasal dari kata-kata biasa: interjeksi ini biasa digunakan sebagai kata
seru: celaka, masa, kasihan
3. Interjeksi
yang berasal dari kata ungkapan-ungkapan: ya ampun, ya Allah
5. Partikel.
2. Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, dll
3. Partikel per- yang berarti "mulai", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per helai.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan bentuknya, kata bisa
digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata
majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan
atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya
afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau
sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar
atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian
sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda
membentuk suatu arti baru.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia,
kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
1.Nomina (kata
benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang
dibendakan, misalnya buku, kuda.
2.Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari. Verba transitif (membunuh), Verba kerja intransitif (meninggal), Pelengkap (berumah)
3.Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
4.Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu. Orang pertama (kami), Orang kedua (engkau), Orang ketiga (mereka),
2.Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari. Verba transitif (membunuh), Verba kerja intransitif (meninggal), Pelengkap (berumah)
3.Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
4.Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu. Orang pertama (kami), Orang kedua (engkau), Orang ketiga (mereka),
5.Kata ganti
kepunyaan (-nya). Kata ganti penunjuk (ini, itu)
6 6.Numeralia (kata
bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan
urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua. Angka kardinal (duabelas),
Angka ordinal (keduabelas)
7 7.Kata tugas
adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat
dibagi menjadi lima subkelompok:
o preposisi (kata depan) (contoh: dari),
o konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi
(dan), Konjungsi subordinat (karena),
o artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum
dalam bahasa Eropa (misalnya the),
o interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
o partikel.(lah, pun, kah)
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan.
Dkk. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia ed ke 3. Jakarta: Balai Pustaka
Supriyadi, dkk. 1993. Pendidikan
Bahasa Indonesia. Jakarta:UT
Badudu, J. S
.1985. Pelik-pelik Bahasa Indonesia.
Bandung: Pustaka Prima
Shadily, Hassan.
1973. Ensiklopedi Umum. Jakarta:
Yayasan Dana Buku Franklin
- 1993. PodemanUmumPembentukanIstilah. Jakarta: PTGramedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar