1.
Teori
Belajar Bruner
Perkembangan intelektual anak mengikuti 3 tahap
representasi yang berurutan, yaitu:
o Enaktif
Segala
perhatian anak tergantung pada responnya.
o Ikonik
Pola
pikir anak tergantung pada organisasi sensoriknya.
o Simbolik
Anak telah memiliki pengertian yang
utuh tentang suatu hal sehingga anak mampu mengutarakan pendapatnya melalui
bahasa.
Implikasi dari teori Bruner
Proses pembelajaran adalah
menghadapkan anak pada suatu masalah. Dengan pengalamannya anak akan mencoba
menyesuaikan kembali struktur idenya dalam rangka mencapai keseimbangan di
dalam benaknya.
2.
Teori
Belajar M.Gagne
Pandangan gagne tentang belajar dikelompokkan
menjadi 8 tipe :
a. Isyarat e. Membedakan
b. Stimulus
respon f. Pembentukan
konsep
c. Rangkaian
gerak g. Pembentukan aturan
d. Rangkaian
verbal h. Pemecahan masalah
Terdapat 2 diantara 8 tipe belajar tersebut, yaitu
* Rangkaian Verbal
Tipe belajar rangkaian verbal dapat
mengantarkan siswa dalam mengaitkan skemata yang telah dimiliki siswa dengan
unsur-unsur dalam materi yang akan dipelajarinya.
* Pemecahan
Masalah
Tipe belajar dengan diberikannya
suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh anak didik. Misal dalam mata
pelajaran ipa, anak didik diberi/diperlihatkan fenomena tentang pembiasan
cahaya, maka anak didik yang mempunyai kemampuan baik dalam memecahkan masalah
besar kemungkinan akan mampu mengajukan hipotesa dan melakukan percobaan di
laboratorium.
Gagne
berpendapat bahwa terjadi belajar seseorang karena dipengaruhi oleh faktor dari
luar dan faktor dari dalam diri orang tersebut dimana keduanya saling
berinteraksi (Nasional 2000: 136). Faktor dari luar (eksternal) yaitu stimulus
berasal dari lingkungan luar / bukan dari diri siswa, sedangkan factor dari
dalam (internal) yaitu stimulus berasal dari diri siwa itu sendiri, atau
kesadaran siswa dalam menanggapi belajar itu sendiri. Apabila stimulus dari
luar dan dari dalam saling berkaitan atau berinteraksi maka akan kelihatan
hasil belajarnya.
Menurut Gagne,
ada tiga tahap dalam belajar yaitu :
1. Persiapan belajar
dengan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi.
2. Pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi), yang digunakan untuk persepsi selektif, sandi sematik, pembangkitan kembali, respon dan penguatan.
2. Pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi), yang digunakan untuk persepsi selektif, sandi sematik, pembangkitan kembali, respon dan penguatan.
3. Alih belajar yaitu
pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara umum (Dimyanti dan
Mudjiono, 1999:12).
3.
Teori
Belajar Piaget
Perkembangan kognitif pada anak terbagi menjadi 4
periode
- Periode
sensori motor ( umur 0-2 tahun)
- Periode
pra operasional ( umur 2 -7 tahun)
- Periode
operasional konkrit (umur 7-11 tahun)
- Periode
operasi formal ( umur 11-15 tahun)
Konsep-konsep dasar proses adaptasi intelektual
menurut Piaget
- Skemata
( dipadang sebagai sekumpulan konsep)
- Asimilasi
( peristiwa mencocokkan informasi baru dengan informasi lama yang telah di
dapat)
- Akomodasi
( terjadi apabila antara informasi baru dan lama yang tidak cocok kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan informasi lama)
- Equilibrium
( bila keseimbangan tercapai, maka siswa mengenal informasi baru)
4.
Teori
Belajar Ausubel
Menurut
Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa pasti “bermakna” (meaningfull).
* Pembelajaran
bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan
dengan pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui
pembelajaran.
* Inti
dari teori Ausubel tentang teori belajar bermakna adalah proses belajar akan
mendatangkan hasil yang bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran
yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep relevan yang sudah ada dalam
struktur kognisi siswa.
4 tipe belajar menurut Ausubel :
1. Belajar dengan
penemuan yang bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya
dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih
dahulu menmukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan
baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2. Belajar dengan
penemuan yang tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri
oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia
hafalkan.
3. Belajar menerima
(ekspositori) yang bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara
logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang
baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah
dimiliki.
4. Belajar menerima
(ekspositori) yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun
secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir , kemudian
pengetahuan yang baru ia peroleh itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan
pengetahuan lain yang telah ia miliki.
5.
Teori
Belajar Skinner
Skinner
membagi dua jenis respon dalam proses belajar, yakni :
(1). Respondents : respon yang terjadi karena stimulus khusus
(2). Operants : respon yang terjadi karena situasi random
Operant Conditioning atau pengkondisian operan
adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif)
yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilang sesuai dengan keinginan.
Perilaku
responden adalah perilaku tanpa sengaja (refleks) dan hasil dari rangsangan
lingkungan khusus. Agar perilaku responden terjadi, pertama perlu bahwa
stimulus diterapkan pada organisme. Stimulus dari binatang kecil yang mengganggu
terhadap mata Anda akan menyebabkan anda berkedip, suatu peristiwa memalukan
dapat menyebabkan anda bermuka merah, dan flash cahaya terang akan
mengakibatkan anda berkedip mata. Itu beberapa perilaku kita adalah perilaku
responden.
Sebagian besar perilaku kita adalah perilaku operan, yang tidak
otomatis, dapat diprediksi, atau terkait dalam
setiap cara yang dikenal
dengan mudah diidentifikasi oleh rangsangan . Skinner percaya bahwa perilaku
tertentu hanya terjadi, dan bahkan jika disebabkan oleh tertentu (tapi sulit
untuk mengidentifikasi) rangsangan, rangsangan ini adalah tidak penting untuk
mempelajari perilaku.
Operant Concitioning atau pengkondisian operan
adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif)
yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilang sesuai dengan keinginan.
Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan
secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian
Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang
mengalami penguatan adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat permen oleh
orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi
perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum
adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.
Baik perilaku responden dan operan bisa diajarkan dan dipelajari.
Mengajar dan belajar prilaku responden mensyaratkan penyajian
stimulus yang akan menyebabkan perilaku yang diinginkan terjadi, sedangkan
perilaku operan adalah belajar melalui penguatan yang tepat (baik penguatann
positif atau penguatan negatif) yang diberikan segera atau terjadi secara
spontan perilaku operan. Pemberian penguatan kepada seseorang dari perilaku
yang diinginkan biasanya meningkatkan kemungkinan bahwa ia akan mengulangi
perilaku tersebut. Jika penguatan berupa hukuman, diharapkan bahwa individu
akan belajar untuk menahan diri dari hal yang tidak diinginkan.
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu
penguatan positif dan pengutan negative. Penguatan positif sebagai stimulus,
dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan
negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.
Bentuk-bentuk
penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku
(senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan
jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). Bentuk-bentuk penguatan
negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas
tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut,
muka kecewa dll).
Skinner mendefinisikan penguatan
positif sebagai stimulus yang ketika disajikan mengikuti perilaku oleh pelajar,
cenderung meningkatkan kemungkinan bahwa prilaku tertentu akan terulang, yaitu
perilaku yang menguatkan. Siswa yang menjawab dengan benar di kelas, pujian
guru meningkat kemungkinan bahwa siswa menanggapi pertanyaan guru, sehingga
reaksi yang menyenangkan guru berfungsi sebagai penguat positif bagi siswa.
6.
Teori Edward Lee Thorndike
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa
terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan
respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang
dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang
apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar
disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri
belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon
terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah,
ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum,
yaitu :
1. Hukum kesiapan
Ciri-ciri :
a. Jika
seseorang berkeinginan untuk bertindak dan keinginan tersebut dilaksanakan,
maka dia akan puas dan tidak melakukan tindakan yang lain
b. Jika
seseorang berkeinginan untuk bertindak dan keinginan itu tidak dilaksanakan,
maka dia tidak puas dan akan melakukan tindakan yang lain.
c. Jika
seseorang tidak berkeinginan untuk
bertindak, tetapi tidak melakukan tindakan itu, maka dia merasa tidak puas dan
akan melakukan tindakan lain
2. Hukum
latihan
Berprinsip
pada latihan. Contoh, misal guru sering member latihan dan siswa menjawab. Maka
prestasi belajar siswa akan meningkat. Thorndike menyatakan bahwa pengulangan
tanpa ganjaran tidak efektif, karena asosiasi member latihan dan menjawab hanya
diperkuat oleh ganjaran. Jadi hukum latihan mengarah pada banyaknya pengulangan
yang biasa disebut driil
3. Hukum
akibat
Menunjukkan
bahwa suatu hubungan dapat dimodifikasi seperti halnya hubungan antara stimulus
dan respon, dan hubungan tersebut diikuti oleh peristiwa yang diharapkan, maka
kekuatan hubungan yang terjadi semakin meningkat. Sebaliknya, jika kondisi
peristiwa yang tidak diharapkan mengikuti hubungan tersebut, maka kekuatan
hubungan yang terjadi semakin berkurang.